Senin, 02 Mei 2016

narasi comic



 KERUSAKAN LINGKUNGAN

Kerusakan lingkungan bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kita, kerusakan yang ada di bumi sudah semakin parah. Kerusakan lingkungan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor alam dan manusia. Nah dalam komik ini saya akan menceritakan akibat dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak mau menjaga kelestarian alamnya dengan baik, padahal jika kita menyayangi dan menjaganya maka alampun akan berbuat baik kepada kita, namun sebaliknya jika kita tidak menjaga alam dan lingkungan kita dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif yang tidak diinnginkan. Hutan yang rusak akan menyebabkan kekeringan, berkurangnya tanaman pertanian, dan akan mengancam kehidupan berbagai macam makhluk hidup, termasuk hewan-hewan dan tumbuhan yang menjadi konsumsi manusia.
Indonesia memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa sehingga tidak salah lagi jika Indonesia disebut sebagai Zamrud Khatulistiwa. Indonesia memiliki sumberdaya alam hayati yang melimpah, salah satunya yaitu hutan. Hutan indonesia tergolong terbesar ketiga dunia, sehingga diharapkan Indonesia mampu menyerap emisi gas karbon melalui potensi hutan tropis.   Sayang, keindahan alam yang dimiliki tersebut tidak bisa terjaga dan lestari dengan baik. Komik ini akan menyadarkan kepada manusia atas tindakan yang tidak terpuji pada alam, penebangan pohon secara liar dan besar-besaran tanpa melakukan reboisasi menyebabkan hutan menjadi gundul dan mengancam ekosistem hutan Indonesia.  
Diceriktakan ada sebuah desa yang terletak dilereng gunung yang berdekatan dengan hutan yang sangat asri dan sejuk, warga daerah sekitar sangat menjaga dan merawat hutan tersebut. Setiap enam bulan sekali diadakan reboisasi sehingga pepohonan tumbuh lebat di hutan tersebut. Meskipun warga desa tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat bergantung pada hutan namun mereka tidak lupa akan usaha pelestariannya sehingga kehidupan berjalan dengan seimbang. Namun ketenteraman tersebut tidak berjalan lama ketika datang seorang pengusaha yang kaya raya dari kota yang berencana hendak membangun pemukiman kecil itu untuk dijadikan perumahan elit yang baginya akan menghasilkan banyak uang. Pohon-pohon yang ada dihutan tersebut akan ditebang dan dijual. Hingga suatu hari terdengar deru mesin yang sangat mengusik ketenangan hutan, satu persatu pohon mulai tumbang dan bergeletakkan serta daun-daun yang berserakan.
Setelah manusia-manusia itu pergi pohon-pohon mulai berkeluh kesah akibat ulah yang dilakukan oleh manusia beberapa menit yang lalu. Waktu telah berlalu, hari berganti hari, bulan berganti bulan. Pembangunan desa hampir usai. Desa kecil yang dulu warganya hidup tentram kini telah kosong dan berubah menjadi pemukiman elit dan sepi hanya tersisa beberapa pohon yang belum ditebang. Semua penduduk desa telah bermigrasi. Tinggal beberapa orang pekerja yang sedang menyelesaikan proyek tersebut.
Perumahan elit tersebut telah selesai dibangun dan kini terlihat panas dan gersang tanpa adanya satupun pohon disana. Ada beberapa warga, yang mulai menyadari, bahwa tempat yang mereka diami saat ini adalah bekas hutan, dan saat ini tak ada pelestarian kembali. Beberapa warga mulai menyadari, bahwa ada sesuatu yang salah, dan harus diluruskan, namun Banyak dari mereka tak percaya, bahkan tak menuruti nasihat dari beberapa warga tersebut.
Awan sebagai sahabat para pohon mulai bertindak. Ia menyiapkan bencana. Bencana yang akan membuat para manusia itu jera. Beberapa jam kemudian, terjadilah bencana yang tak terduga. Awan telah melakukannya dalam sekejap, pemukiman elit dan daerah sekitarnya terendam oleh banjir. Manusia-manusia itu banyak yang tak sempat menyelamatkan harta benda mereka. Setelah beberapa minggu, akhirnya banjir tak menggenangi pemukiman modern tersebut. Para warga mulai membersihkan rumah mereka. Selain itu, mereka juga melaporkan orang yang membuat pemukiman ini atas dasar penebangan liar dan pembangunan tanpa ijin. Orang itu pun pasrah. Ia masuk penjara.
Akhirnya, para warga memutuskan untuk melakukan reboisasi, melakukan pelestarian, menanam tanaman di setiap rumah, membersihkan selokan, dan lain-lain. Mereka sadar, dengan tidak adanya hutan dan pepohonan, tak ada yang menyerap air hujan, tak ada yang menghadang angin topan, dan tak ada lagi tempat tinggal bagi hewan-hewan. Si pengusaha juga sadar bahwa pemikirannya salah. Akhirnya ia mendukung alam yang seimbang antara tanaman pertanian dengan non pertanian. Malah hasilnya lebih menggembirakan karena keseimbangan ekosistem tercipta.





Naskah dialog
Pohon jati        : senang sekali ya melihat warga desa yang selalu menjaga dan merawat kita dengan baik.
Pohon mahoni : iya, kita harus bersusyukur. Hutan ini sangat lebat dan hewan-hewan pada senang tinggal disini
Pohon jati     : semoga akan selalu seperti ini

Datanglah seorang pengusaha dari kota
Pengusah      : aku akan merubah semuanya yang ada di sini. Aku akan menebang dan menjual pohon yang ada disini dan kujadikan perumahan elit yang menghasilkan banyak uang. Hahaha ( sambil ketawa licik)
Hingga suatu hari terdengar deru mesin yang sangat mengusik ketenangan hutan, beberapa pohon merintih berharap agar suara tersebut segera berlalu. Namun suara tersebut tak kunjung hilang dan terdengar sangat keras.
Pohon jati : sepertinya akan terjadi sesuatu hari ini.
Pohon mahoni : tenanglah. Ini hanya sedikit gangguan tidak akan terjadi apapun.
Pohon jati : apa kau tak dengar? Suara mesin itu memotong setiap batang pohon yang ada disisni.
Pohon mahoni : jangan memikir yang tidak-tidak. Kita lihat saja apa yang terjadi!
Pohon jati     : ok
Beberapa menit kemudian terlihat pohon tumbang dan dedaunan yang berserakan. Manusia pergi meninggalkan hutan tersebut. Pohon-pohon mulai berkeluh kesah akibat kejadian beberapa menit yang lalu.
Pohon jati : dasar! Manusia tak tahu berterima kasih. Bisanya hanya merusak. Benar firasatku tadi, coba lihat hutan ini seakan tidak ada penghuninya.
Pohon mahoni : Maaf aku tak menghiraukan kata-katamu tadi. Saat ini  hanya tersisa  pohon-pohon muda seperti kita. Mungkin hewan-hewan akan pergi. Mereka tak punya tempat berteduh lagi. Ekosistem kita tak akan seimbang.
Pohon jati : Oh Tuhan.. terkutuklah manusia-manusia kota yang tidak peduli dengan lingkungan. Kasian penduduk desa yang hidupnya bergantung pada kita. Jika pohon di hutan ini telah habis, mungkin tiada lagi jejak kaki orang-orang mencari ranting kayu disini.
Pohon mahoni : Jika kejadian ini berlanjut, maka anak cucu mereka tidak akan mengenal hutan lagi. Semoga ada pertolongan Tuhan.
Waktu telah berlalu, hari berganti hari, bulan berganti bulan. Pembangunan desa hampir usai. Desa kecil yang dulu warganya hidup tentram kini telah kosong dan berubah menjadi pemukiman elit dan sepi hanya tersisa beberapa pohon yang belum ditebang. Semua penduduk desa telah bermigrasi. Tinggal beberapa orang pekerja yang sedang menyelesaikan proyek tersebut.
Pohon jati :  (mengumpat) Manusia-manusia Tak tahu diri! Tak berterima kasih! mereka bisa apa tanpa kita? Semua tubuh kita dimanfaatkan! Tapi, mereka tidak menanam bibit-bibit pohon baru. Sikap apa itu? Mereka itulah orang yang tidak dapat menghargai lingkungan.
Pohon mahoni : Iya semua kata-katamu itu benar. Aku  salah. Selama ini, aku selalu membela mereka, dan Tidak pernah mempercayai kata-katamu. Maafkan aku. (menangis)
Lalu, kita harus bagaimana? Aku tak mau kita juga berada pada ujung maut nantinya… (menangis terisak)
Pohon jati : Aku juga tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan nyawa kita berdua. (diam, berpikir). Bagaimana, jika kita minta bantuan, untuk memperingatkan mereka?
Pohon mahoni : minta bantuan kepada siapa? Kamu mau balas dendam kepaada mereka?
Pohon jati : kita minta bantuan kepada sahabat kita. Aku gak akan balas dendam, aku hanya ingin memperingatkan mereka saja.
Pohon mahoni : apakah awan mau menolong kita, kalau kita akan berbuat jahat kepada mereka?
Pohon jati  : sudahlah ayo kita panggil awan dan kita jelaskan semua rencana kita.
Mereka melihat awan sedang melintas, wajahnya sangat riang. Kemudian ia memanggilnya.
Pohon jati : hai awan (berteriak), sedang apa kau, aku ingin meminta bantuan kepadamu!
Awan : hmmm, sepertinya mereka memanggilku, ada apa ya?
Awan segera merendah dan menyapa mereka
Awan : hai kawan, kenapa kalian kelihatan sedih begitu?
Pohon jati : akan terjadi sesuatu yang mengerikan di hutan ini . Dan sebelum kejadian itu terjadi, aku ingin mengingatkan manusia-manusia itu dengan suatu kejadian yang membuat mereka jera. Yaitu, bencana. Maukah kau membantu kami untuk membuat bencana?
Awan : bencana apa ? bagaimana caranya?
Pohon jati : bencana banjir. 
Awan           : Entahlah, sepertinya itu akan susah. Memang, sekarang ini musim hujan. Tapi, jangan seenaknya menurunkan hujan secara terus menerus. .
Pohon jati : tapi ini harus dilakukan.
Awan           : Tidak bisa. harus jelas. Meskipun kalian sahabatku, aku tidak bisa melakukannya. Mereka tidak punya salah apapun. Kenapa harus menerima bencana?
Pohon 2        : Sudahlah. Kalau memang tak bisa, tak perlu dilakukan.
Pohon 1        : Tapi,,
Pohon 2        : Sssstt… sudah. Tak perlu dibicarakan lagi! Terima kasih awan.
Awan           : Oh, tentu saja. Sama sama.
Awan pun kembali bersenandung, dan menjauh dari kedua pohon itu. Tapi, ia kebingungan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Awan           : Sebenarnya, apa yang terjadi? Sepertinya, mereka berdua berselisih pendapat. Apa manusia-manusia itu, melakukan sesuatu yang tak mereka berdua disukai? Tapi apa? (berpikir keras)
Suatu hari awan melihat manusia penebang pohon itu, ia semakin mendekat menuju sahabatnya.
Awan           : Sepertinya, manusia itu akan menebang mereka. Gawat! Apa yang harus kulakukan?
Saat awan sedang dalam kegalauannya karena tak tahu harus berbuat apa, dua pohon telah ditebang. Dan salah satunya adalah sahabatnya.
Awan           : Mereka keterlaluan! Aku akan mempersiapkan bencana untuk mereka!
Di tempat kejadian, pohon-pohon yang tersisa menangis. Menangisi teman mereka yang baru saja mati, menangisi akhir hidup mereka yang akan berakhir dengan tragis.
Pohon jati        : Apa yang akan terjadi padaku nanti? Aku benar-benar takut…
Awan           : Aku turut sedih, atas apa yang terjadi pada sahabat kita. Dan aku berjanji, akan membuat bencana seperti yang kau mau. Kau tenang saja, mereka akan mendapat balasannya.
Pohon jati        : Terima kasih, awan. kau benar-benar pengertian.
Sesuai  janji yang telah diberikan, awan menurunkan hujan yang sangat deras selama sehari semalam dan akhirnya pemukiman tersebut tenggelam banjir selama beberapa hari.

Pohon-pohon telah habis, ditebang oleh manusia-manusia itu. Hutan yang dulunya adalah tempat pohon-pohon kehidupan manusia, kini dalam sekejap telah di ubah menjadi sebuah pemukiman modern ala barat, yang gersang, dan terlihat sangat panas tanpa adanya satupun pohon disana.
beberapa warga yang menyadari, bahwa tempat yang mereka diami saat ini adalah bekas hutan, sumber kehidupan untuk mereka . Dan saat ini tak ada pelestarian kembali. Beberapa warga mulai menyadari, bahwa ada sesuatu yang salah, dan harus diluruskan.
Manusia 2     : Sepertinya, kita semua harus melakukan perubahan. Kita harus menanam pohon disekitar rumah kita.
Manusia 3     : Kita juga harus mencari lahan kosong, untuk membuat hutan baru. Bukankah begitu?
Manusia        : Tidak bisa! Semua lahan disini tidak boleh ada yang kosong!  Enak saja kalian bilang seperti itu! Kalian pikir, aku membuat pemukiman ini dengan daun? Pemukiman ini menghabiskan biaya yang sangat banyak!
Manusia 2     : Tapi, jika seperti ini terus, kita akan mendapat musibah yang sangat besar, apalagi, daerah di sini termasuk lebih rendah daripada daerah lainnya!
Manusia 3     : Ya, itu benar! Kita harus menyelamatkan semua warga yang ada disini…
Manusia        : Bah!! Kalian tidak akan bisa menanam ataupun melakukan sesuatu tanpa ijin dariku! Titik!









Tidak ada komentar:

Posting Komentar