KERUSAKAN LINGKUNGAN
Kerusakan lingkungan
bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kita, kerusakan yang ada di bumi sudah
semakin parah. Kerusakan lingkungan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
alam dan manusia. Nah dalam komik ini saya akan menceritakan akibat dari ulah
manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak mau menjaga kelestarian alamnya
dengan baik, padahal jika kita menyayangi dan menjaganya maka alampun akan
berbuat baik kepada kita, namun sebaliknya jika kita tidak menjaga alam dan
lingkungan kita dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif yang tidak
diinnginkan. Hutan yang rusak akan menyebabkan kekeringan, berkurangnya tanaman
pertanian, dan akan mengancam kehidupan berbagai macam makhluk hidup, termasuk
hewan-hewan dan tumbuhan yang menjadi konsumsi manusia.
Indonesia memiliki
keindahan alam yang sangat luar biasa sehingga tidak salah lagi jika Indonesia
disebut sebagai Zamrud Khatulistiwa. Indonesia memiliki sumberdaya alam hayati
yang melimpah, salah satunya yaitu hutan. Hutan indonesia tergolong terbesar ketiga dunia,
sehingga diharapkan Indonesia mampu menyerap emisi gas karbon melalui potensi
hutan tropis. Sayang,
keindahan alam yang dimiliki tersebut tidak bisa terjaga dan lestari dengan
baik. Komik ini akan menyadarkan kepada manusia atas tindakan yang tidak
terpuji pada alam, penebangan pohon secara liar dan besar-besaran tanpa
melakukan reboisasi menyebabkan hutan menjadi gundul dan mengancam ekosistem
hutan Indonesia.
Diceriktakan ada sebuah
desa yang terletak dilereng gunung yang berdekatan dengan hutan yang sangat
asri dan sejuk, warga daerah sekitar sangat menjaga dan merawat hutan tersebut.
Setiap enam bulan sekali diadakan reboisasi sehingga pepohonan tumbuh lebat di
hutan tersebut. Meskipun warga desa tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sangat bergantung pada hutan namun mereka tidak lupa akan usaha pelestariannya
sehingga kehidupan berjalan dengan seimbang. Namun ketenteraman tersebut tidak
berjalan lama ketika datang seorang pengusaha yang kaya raya dari kota yang berencana
hendak membangun pemukiman kecil itu untuk dijadikan perumahan elit yang
baginya akan menghasilkan banyak uang. Pohon-pohon yang ada dihutan tersebut
akan ditebang dan dijual. Hingga suatu hari terdengar deru mesin yang sangat
mengusik ketenangan hutan, satu persatu pohon mulai tumbang dan bergeletakkan
serta daun-daun yang berserakan.
Setelah manusia-manusia
itu pergi pohon-pohon mulai berkeluh kesah akibat ulah yang dilakukan oleh
manusia beberapa menit yang lalu. Waktu telah berlalu, hari berganti hari,
bulan berganti bulan. Pembangunan desa hampir usai. Desa kecil yang dulu
warganya hidup tentram kini telah kosong dan berubah menjadi pemukiman elit dan
sepi hanya tersisa beberapa pohon yang belum ditebang. Semua penduduk desa
telah bermigrasi. Tinggal beberapa orang pekerja yang sedang menyelesaikan
proyek tersebut.
Perumahan elit tersebut telah selesai dibangun dan
kini terlihat panas dan gersang tanpa adanya satupun pohon disana. Ada
beberapa warga, yang mulai menyadari, bahwa tempat yang mereka diami saat ini
adalah bekas hutan, dan saat ini tak ada pelestarian kembali. Beberapa warga
mulai menyadari, bahwa ada sesuatu yang salah, dan harus diluruskan, namun Banyak
dari mereka tak percaya, bahkan tak menuruti nasihat dari beberapa warga
tersebut.
Awan sebagai sahabat para pohon mulai
bertindak. Ia menyiapkan bencana. Bencana yang akan membuat para manusia itu
jera. Beberapa jam kemudian, terjadilah bencana yang tak terduga. Awan telah
melakukannya dalam sekejap, pemukiman elit dan daerah sekitarnya terendam oleh
banjir. Manusia-manusia itu banyak yang tak sempat menyelamatkan harta benda
mereka. Setelah beberapa minggu, akhirnya banjir tak menggenangi pemukiman
modern tersebut. Para warga mulai membersihkan rumah mereka. Selain itu, mereka
juga melaporkan orang yang membuat pemukiman ini atas dasar penebangan liar dan
pembangunan tanpa ijin. Orang itu pun pasrah. Ia masuk penjara.
Akhirnya, para warga memutuskan
untuk melakukan reboisasi, melakukan pelestarian, menanam tanaman di setiap
rumah, membersihkan selokan, dan lain-lain. Mereka sadar, dengan tidak adanya
hutan dan pepohonan, tak ada yang menyerap air hujan, tak ada yang menghadang
angin topan, dan tak ada lagi tempat tinggal bagi hewan-hewan. Si pengusaha juga sadar bahwa
pemikirannya salah. Akhirnya ia mendukung alam yang seimbang antara tanaman
pertanian dengan non pertanian. Malah hasilnya lebih menggembirakan karena
keseimbangan ekosistem tercipta.
Naskah
dialog
Pohon jati : senang sekali ya melihat warga desa
yang selalu menjaga dan merawat kita dengan baik.
Pohon mahoni : iya, kita harus bersusyukur.
Hutan ini sangat lebat dan hewan-hewan pada senang tinggal disini
Pohon jati : semoga akan selalu seperti ini
Datanglah seorang pengusaha dari
kota
Pengusah : aku akan merubah semuanya yang ada di sini. Aku akan menebang
dan menjual pohon yang ada disini dan kujadikan perumahan elit yang
menghasilkan banyak uang. Hahaha ( sambil ketawa licik)
Hingga suatu hari terdengar deru
mesin yang sangat mengusik ketenangan hutan, beberapa pohon merintih berharap
agar suara tersebut segera berlalu. Namun suara tersebut tak kunjung hilang dan
terdengar sangat keras.
Pohon jati : sepertinya akan terjadi
sesuatu hari ini.
Pohon mahoni : tenanglah. Ini hanya sedikit gangguan tidak akan terjadi apapun.
Pohon jati : apa kau tak dengar?
Suara mesin itu memotong setiap batang pohon yang ada disisni.
Pohon mahoni : jangan memikir yang
tidak-tidak. Kita lihat saja apa yang terjadi!
Pohon jati : ok
Beberapa menit kemudian terlihat
pohon tumbang dan dedaunan yang berserakan. Manusia pergi meninggalkan hutan
tersebut. Pohon-pohon mulai berkeluh kesah akibat kejadian beberapa menit yang
lalu.
Pohon jati : dasar! Manusia tak tahu
berterima kasih. Bisanya hanya merusak. Benar firasatku tadi, coba lihat hutan
ini seakan tidak ada penghuninya.
Pohon mahoni : Maaf
aku tak menghiraukan kata-katamu tadi. Saat ini
hanya tersisa pohon-pohon muda
seperti kita. Mungkin hewan-hewan akan pergi. Mereka tak punya tempat berteduh
lagi. Ekosistem kita tak akan seimbang.
Pohon
jati : Oh Tuhan.. terkutuklah manusia-manusia kota yang tidak peduli dengan
lingkungan. Kasian penduduk desa yang hidupnya bergantung pada kita. Jika pohon
di hutan ini telah habis, mungkin tiada lagi jejak kaki orang-orang mencari
ranting kayu disini.
Pohon
mahoni : Jika kejadian ini berlanjut, maka anak cucu mereka tidak akan mengenal
hutan lagi. Semoga ada pertolongan Tuhan.
Waktu telah berlalu,
hari berganti hari, bulan berganti bulan. Pembangunan desa hampir usai. Desa
kecil yang dulu warganya hidup tentram kini telah kosong dan berubah menjadi
pemukiman elit dan sepi hanya tersisa beberapa pohon yang belum ditebang. Semua
penduduk desa telah bermigrasi. Tinggal beberapa orang pekerja yang sedang
menyelesaikan proyek tersebut.
Pohon
jati : (mengumpat) Manusia-manusia Tak
tahu diri! Tak berterima kasih! mereka bisa apa tanpa kita? Semua tubuh kita
dimanfaatkan! Tapi, mereka tidak menanam bibit-bibit pohon baru. Sikap apa itu?
Mereka itulah orang yang tidak dapat menghargai lingkungan.
Pohon
mahoni : Iya semua kata-katamu itu benar. Aku
salah. Selama ini, aku selalu membela mereka, dan Tidak pernah
mempercayai kata-katamu. Maafkan aku. (menangis)
Lalu, kita harus bagaimana? Aku tak mau kita juga berada pada ujung maut nantinya… (menangis terisak)
Lalu, kita harus bagaimana? Aku tak mau kita juga berada pada ujung maut nantinya… (menangis terisak)
Pohon
jati : Aku juga tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan nyawa kita
berdua. (diam, berpikir). Bagaimana, jika kita minta bantuan, untuk
memperingatkan mereka?
Pohon
mahoni : minta bantuan kepada siapa? Kamu mau balas dendam kepaada mereka?
Pohon
jati : kita minta bantuan kepada sahabat kita. Aku gak akan balas dendam, aku
hanya ingin memperingatkan mereka saja.
Pohon
mahoni : apakah awan mau menolong kita, kalau kita akan berbuat jahat kepada
mereka?
Pohon
jati : sudahlah ayo kita panggil awan
dan kita jelaskan semua rencana kita.
Mereka melihat awan sedang melintas, wajahnya
sangat riang. Kemudian ia memanggilnya.
Pohon jati : hai awan (berteriak), sedang apa kau,
aku ingin meminta bantuan kepadamu!
Awan : hmmm, sepertinya mereka memanggilku, ada apa
ya?
Awan segera merendah dan menyapa mereka
Awan : hai kawan, kenapa kalian kelihatan sedih
begitu?
Pohon jati : akan terjadi sesuatu
yang mengerikan di hutan ini . Dan sebelum kejadian itu terjadi, aku ingin
mengingatkan manusia-manusia itu dengan suatu kejadian yang membuat mereka
jera. Yaitu, bencana. Maukah kau membantu kami untuk membuat bencana?
Awan
: bencana apa ? bagaimana caranya?
Pohon
jati : bencana banjir.
Awan
: Entahlah, sepertinya itu akan susah. Memang, sekarang ini musim hujan. Tapi,
jangan seenaknya menurunkan hujan secara terus menerus. .
Pohon jati : tapi ini harus dilakukan.
Awan
: Tidak bisa. harus jelas. Meskipun kalian sahabatku, aku tidak bisa
melakukannya. Mereka tidak punya salah apapun. Kenapa harus menerima bencana?
Pohon 2 : Sudahlah.
Kalau memang tak bisa, tak perlu dilakukan.
Pohon 1 : Tapi,,
Pohon 2 : Sssstt…
sudah. Tak perlu dibicarakan lagi! Terima kasih awan.
Awan
: Oh, tentu saja. Sama sama.
Awan pun kembali bersenandung,
dan menjauh dari kedua pohon itu. Tapi, ia kebingungan tentang apa yang
sebenarnya terjadi.
Awan
: Sebenarnya, apa yang terjadi? Sepertinya, mereka berdua berselisih pendapat.
Apa manusia-manusia itu, melakukan sesuatu yang tak mereka berdua disukai? Tapi
apa? (berpikir keras)
Suatu hari awan melihat manusia penebang pohon itu, ia semakin mendekat
menuju sahabatnya.
Awan
: Sepertinya, manusia itu akan menebang mereka. Gawat! Apa yang harus
kulakukan?
Saat awan sedang dalam
kegalauannya karena tak tahu harus berbuat apa, dua pohon telah ditebang. Dan
salah satunya adalah sahabatnya.
Awan
: Mereka keterlaluan! Aku akan mempersiapkan bencana untuk mereka!
Di tempat kejadian, pohon-pohon
yang tersisa menangis. Menangisi teman mereka yang baru saja mati, menangisi
akhir hidup mereka yang akan berakhir dengan tragis.
Pohon jati : Apa yang
akan terjadi padaku nanti? Aku benar-benar takut…
Awan
: Aku turut sedih, atas apa yang terjadi pada sahabat kita. Dan aku berjanji,
akan membuat bencana seperti yang kau mau. Kau tenang saja, mereka akan
mendapat balasannya.
Pohon jati : Terima kasih,
awan. kau benar-benar pengertian.
Sesuai janji yang
telah diberikan, awan menurunkan hujan yang sangat deras selama sehari semalam
dan akhirnya pemukiman tersebut tenggelam banjir selama beberapa hari.
Pohon-pohon
telah habis, ditebang oleh manusia-manusia itu. Hutan yang dulunya adalah
tempat pohon-pohon kehidupan manusia, kini dalam sekejap telah di ubah menjadi
sebuah pemukiman modern ala barat, yang gersang, dan terlihat sangat panas
tanpa adanya satupun pohon disana.
beberapa
warga yang menyadari, bahwa tempat yang mereka diami saat ini adalah bekas
hutan, sumber kehidupan untuk mereka . Dan saat ini tak ada pelestarian
kembali. Beberapa warga mulai menyadari, bahwa ada sesuatu yang salah, dan
harus diluruskan.
Manusia 2
: Sepertinya, kita semua harus melakukan perubahan. Kita
harus menanam pohon disekitar rumah kita.
Manusia 3
: Kita juga harus mencari lahan kosong, untuk membuat hutan
baru. Bukankah begitu?
Manusia
: Tidak bisa! Semua lahan disini tidak
boleh ada yang kosong! Enak saja kalian bilang seperti itu! Kalian pikir,
aku membuat pemukiman ini dengan daun? Pemukiman ini menghabiskan biaya yang
sangat banyak!
Manusia 2
: Tapi, jika seperti ini terus, kita akan mendapat musibah
yang sangat besar, apalagi, daerah di sini termasuk lebih rendah daripada
daerah lainnya!
Manusia 3
: Ya, itu benar! Kita harus menyelamatkan semua warga yang
ada disini…
Manusia
: Bah!! Kalian tidak akan bisa menanam
ataupun melakukan sesuatu tanpa ijin dariku! Titik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar